Universitas Gunadarma
Tugas Bab 5 Konflik dan Motivasi
Nama : Dwi ayu wulandari
Kelas : 2KA 39
NPM : 12112275
A.PENGERTIAN
KONFLIK
Konflik adalah
adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun
dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat
berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence
of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak
atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak,
sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai
pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
B.FAKTOR
PENYEBAB KONFLIK
Perbedaan kebudayaan sehingga
membentuk pribadi yang berbeda
Orang dari kebudayaan berbeda,
misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan
membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada
suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok
Manusia merupakan mahkluk yang unik
karena satu dengan yang lain relative berbeda. Berbeda pendirian, pemikiran,
perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu tentu timbul perbedaan kepentingan
yang latar belakangnya juga berbeda. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan
hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup
manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan
dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi
para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus
ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan,
sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat
dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan merupakan suatu hal yang
wajar didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi perubahan yang sangat cepat akan
memicu timbulnya konflik. Misalnya masyarakat pedesaan yang secara umum
matapencariannya bertani yang hidupnya bergotong-royong dengan jadwal waktu
yang relative tidak mengikat, kemudian tumbuh suatu industry dengan waktu yang
relative cepat dengan kebiasaan cenderung individualis, disiplin kerja dan
waktu kerja ditentukan, yang secara umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa
tadi, tentu akan menimbulkan konflik berupa penolakan diadakannya
industry di wilayah itu.
C.AKIBAT
DARI KONFLIK
- Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
- Menghambat keeratan hubungan.
- Karena komunikasi relative tidak ada, maka akan mengancam hubungan pihak-pihak yang berkonflik.
- Mengganggu kerja sama.
- Hubungan yang tidak terjalin baik, bagaimana mungkin terjadi kerjasama yang baik.
- Mengganggu proses produksi,bahkan menurunkan produksi.
- Kerja sama yang kurang baik, maka produktifitas pun rendah.
- Menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
- Karena produktifitas rendah, timbullah ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
- Yang kemudian berakibat pada individu mengalami tekanan, mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustasi dan apatisme.
D.JENIS-JENIS KONFLIK
Sedangkan menurut James A.F. Stoner
dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi atas :
- Konflik intrapersonal.
- Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi pada saat yang bersamaan memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
- Konflik interpersonal.
- Konflik ini adalah konflik seseorang dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan keinginan dan tujuan.
- Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok, Hal ini sering kali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas yang ditekankan pada kelompok kerja mereka . Sebagai contoh seorang individu dapat dikenai hukuman karena tidak memenuhi norma-norma yang ada.Konflik interorganisasi.
- Konflik antar grup dalam suatu organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang tentu menimbulkan kesulitan dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang menyangkut tugas-tugas dan pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari maka perlu adanya pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari disfungsional.
E.STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
- Rujuk
- merupakan usaha pendekatan demi terjalinnya hubungan kerjasama yang lebih baik demi kepentingan bersama pula.
- Persuasi
- mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukan kerugian yang mungkin timbul, dan bukti factual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
- Tawar-menawar
- Suatu penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dengan mempertukarkan kesepakatan yang dapat diterima.
- Pemecahan masalah terpadu
- Usaha pemecahan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua belah pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternative pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
- Penarikan diri
- Cara menyelesaikan masalah dengan cara salah satu pihak yang bertikai menarik diri dari hubungan dengan pihak lawan konflik. Penyelesaian ini sangat efisien bila pihak-pihak yang bertikai tidak ada hubungan. Bila pihak-pihak yang bertikai saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain, tentu cara ini tidak dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik.
- Pemaksaan dan penekanan
- Cara menyelesaikan konflik dengan cara memaksa pihak lain untuk menyerah. Cara ini dapat dilakukan apabila pihak yang berkonflik memiliki wewenang yang lebih tinggi dari pihak lainnya. Tetapi bila tidak begitu cara-cara seperti intimidasi, ancaman, dsb yang akan dilakukan dan tentu pihak yang lain akan mengalah secara terpaksa.
F.PENJELASAN
MOTIVASI
Motivasi adalah suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000)
Motivasi
adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk
berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986)
Motivasi
adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau
melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995)
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi
merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan
usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja
dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
G.TEORI
MOTIVASI
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan
(content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan
teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory).Motivasi dapat
diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan
dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5. Devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau
produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
Sumber :
http://wiki.co.id dan http://worpress.com
Bocah Penjual Koran
Pagi
itu seperti biasa saya berangkat pagi setelah subuh dari rumah, ke tempat
penyimpanan motor di bilangan cawang, uki, walau sering terlambat, kali ini
saya datang labih awal ketempat menunggu bis antar jemput yang membawa saya ke
kantor, saya menyukai naik bus jemputan karena lelah berkendara dari
depok-cikarang. Tidak tahan kemacetan ibu kota. Seperti biasa saya duduk bersama
rekan rekan sambil menunggu jemputan. Tetapi karena saya datang lebih awal,
munculah seorang bocah lelaki yang seperti biasa menawarkan Koran kepada semua
penduduk shelter. ” Koran, Koran, Kompas, Media, tempo, republika, warta kota”
begitu teriak bocah laki-laki tersebut menawarkan Koran kepada kami. “Koran
bang” dia menawari ku untuk membeli Koran. “seperti biasa kompas satu” kataku
meminta Koran yang biasa kubaca setiap pagi. Tangan mungilnya dengan cekatan
memilih Koran yang kuminta diantara tumpukan Koran dagangannya. ” ini bang
Koran kompasnya” memberi Koran yang aku minta kepadanya, “nih ada kembaliaanya
engga” kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000, kepadanya. “beres bang, pasti
ada” segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang kotor, “wah
pagi-pagi uangnya dah banyak ya” kataku kepada bocah tersebut. “Allhamdulilah
bang, rejeki saya lagi lancar” katanya sambil tersenyum senang.
Dan
setelah itu diapun berlalu menawarkan Koran kepada para penghuni shelter
lainnya. Saat ini pukul 05.20, masih terlalu lama jemputan ku datang, maka saya
menyempatkan membaca koran kompas yang tadi saya beli pada bocah tukang Koran
tersebut. Tanpa sadar saya memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang
Koran tersbut mencari uang, dengan menawarkan daganganya kepada semua orang
yang datang dan pergi silih beranti.
Sepintas tampak keringat membasahi wajahnya yang
tegar dalam usia beliaya harus berjuang memperoleh uang secara halal dan
sebagai pekerja keras. ” Koran, mba ada tabloid nova, ada berita selebritisnya
nih mba, atau ini tabloid bintang, ada kabar artis bercerai” katanya bagai
seorang marketing ulung tanpa menyerah dia menawarkan Koran kepada seorang
wanita setengah baya yang pada akhirnya menyerah dan membeli satu tabloid yang
disebut sang bocah tersebut. Sambil memperhatikan terbersit rasa kagum dan rasa
haru kepada bocah tersebut, dan memperhatikan betapa gigihnya dia berusaha,
hanya tampak senyum ceria yang membuat semua orang yang ditawarinya tidak
marah. Tidak terdapat sedikit pun rasa putus asa dalam dirinya, walaupun
terkadang orang yang ditawarinya tidak membeli korannya.
Sesaat mungkin bocah tersebut lelah menawarkan
korannya, dan dia terduduk disampingku, “kamu engga sekolah dik” tanyaku
kepadanya “engga bang, saya tidak ingin sekolah tinggi-tinggi” katanya. “engga
ada biaya dik’ tanyaku menyelidik, “Bukan bang, walau saya tukang Koran saya
punya cita-cita” jawabnya, “maksudnya, kan dengan sekolah kamu bisa mewujudkan
cita-cita kamu dengan lebih mudah” kataku menjawab. “Aku sering baca Koran
bang, banyak orang yang telah sekolah tinggi bahkan sarjana tidak bekerja bang,
alias nganggur. Mending saya walau sekolah tidak tinggi saya punya penghasilan
bang” katanya berusaha menjelaskan kepadaku. “abang ku bang, tidak sekolah bisa
buka agen Koran penghasilan sebulannya bisa 3-4 juta bang, saya baca di Koran
gaji pegawai honorer Cuma 700ribu, jadi buat apa saya sekolah bang” tanyanya
kepadaku Saya mengerutkan kening, tertanda saya tekejut dengan jawaban bocah
kecil tersebut pemikiran yang tajam, dan sebuah keritik yang dalam buat saya
yang seorang sarjana.
Dalam hati saya membenarkan perkataan anak
tersebut, UMR kota bekasi saja +/-900rb untuk golongan smu. Saya pun tersenyum
mendengar jawaban anak tersebut, kemudian bus jenputan saya pun tiba dan saya
meninggalkan bocah tersebut tanpa bisa menjawab pertanyaanya, apa tujuan kita
sekolah, menjadi sarjana.? Karena banyak sarjana sekarang yang begitu lepas
kerja mengaggur, tidak punya penghasilan, dan banyak juga karena belum bisa bekerja
yang melanjutkan S2 dengan alas an ingin mengisi waktu luang dan menambah nilai
jual dirinya. Tapi pernyataan bocah penjual Koran tersebut menyadarkan saya,
tentang rejeki, dan tujuan dari bersekolah, yang saat ini saya mungkin kalah
dengan bocah kecil tersebut, walau saya seorang yang mempunyai penghasilan dan
mempunyai suatu jabatan saya hanyalah manusia gajian, saya hanya seorang buruh.
Beda dengan bocah kecil tersebut, dalam usia belia dia sudah bisa menjadi
majikan untuk dirinya sendri. Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual Koran
tersebut. pembalajaran yang menarik dari seorang bocah kecil yang setiap hari
kutemui.(EA) “Rizky Tuhan sungguh tidak terbatas, tinggal kemauan kita untuk
dapat berusaha menggapain”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar