Universitas Gunadarma
Tugas Bab 4 Struktur Organisasi
Nama : Dwi ayu wulandari
Kelas : 2KA 39
NPM : 12112275
A.STRUKTUR
ORGANISASI
Susunan
dan hubungan-hubungan antar komponen bagian-bagian dan posisi dalam suatu
perusahaan, sedangkan disetiap komponen dari organisasi tersebut adalah saling ketergantungan,yang
apabila setiap bagian dapat dikelola dengan baik maka organisasi tersebut pun
akan ikut membaik.
B.SKEMA
ORGANISASI
Suatu
lukisan tentang organisasi yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan dari
organisasi baik mengenai fungsi, bidang, tingkatan maupun rentang kendalinya.
C.TIPE ATAU
BENTUK BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
Menurut Keith Davis ada 6 bagan
bentuk struktur organisasi yaitu :
1. Bentuk Vertikal
2. Bentuk Mendatar / horizontal = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari kiri kearah kanan atau sebaliknya.
3. Bentuk Lingkaran / circular = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran ke arah bidang lingkaran.
4. Bentuk Setengah lingkaran / semi Sircular = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran kearah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya.
5. Bentuk Elliptical = bentuk bagan satuan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat Elips kearah bidang elips.
6. Bentuk Piramida terbalik (Invented Piramid)
2. Bentuk Mendatar / horizontal = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari kiri kearah kanan atau sebaliknya.
3. Bentuk Lingkaran / circular = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran ke arah bidang lingkaran.
4. Bentuk Setengah lingkaran / semi Sircular = bentuk bagan organisasi yang saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran kearah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya.
5. Bentuk Elliptical = bentuk bagan satuan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat Elips kearah bidang elips.
6. Bentuk Piramida terbalik (Invented Piramid)
Bagan
organisasi adalah suatu upaya dengan tulisan atau lisan untuk menunjukan
tingkatan organisasi.
Macam-macam Skema Organisasi:
Berdasarkan teknik atau cara membuatnya:
1. Skema organisasi Tegak Lurus dari atas kebawah
2. Skema organisasi Mendatar dari kiri kekanan
3. Skema organisasi gabungan Tegak Lurus dan Mendatar
4. Skema Organisasi Lingkaran
5. Skema Organisasi Gambar
SUMBER ATAU REFERENSI :
STRUKTUR DEPARTEMEN QC
PT.DAYA CIPTA KEMASINDO
JADILAH PELITA
Pada suatu malam, seorang buta
berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan
sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata:
“Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab,
“Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk
membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan
menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei,
kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun
saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan
lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah,
“Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa
lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang
buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya
meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda
adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak
apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu
menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan
perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada
lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih
berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya
justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya,
“Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab,
“Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu
menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang
lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang
mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka
adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang
ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan
dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang
kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup.
Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari
berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang
terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu
menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang
menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi
bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah
hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak
lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang
pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih
untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang
seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita,
sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak
seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan
saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka
yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau
kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta
lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek,
semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili
mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam
diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan
nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan:
Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama
tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya
adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran.
Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa
penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar